Smashed Pink Can

Minggu, 29 Maret 2015



Perekonomian Indonesia

Tugas Perekonomian Indonesia Tahun 2014






Nama        : Amiriah

NPM         : 20214966

Kelas        : 1EB02





Bank Dunia Prediksikan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2015 Capai 5,2 Persen.


Diunggah : Kamis, 18 Desember 2014 — Ika 


Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 akan tetap stabil. Hanya akan mengalami kenaikan tipis dari 5,1 persen di 2014 menjadi sebesar 5,2 persen. “Pertumbuhan eknomi Indonesia diperkirakan akan cenderung stabil dan sedikit meningkat di tahun 2016 menjadi 5,5 persen,” kata Ahya Ichsan, ekonom Bank Dunia untuk Indonesia, Kamis (18/12) dalam acara Sosialisasi dan peluncuran Laporan Perkembangan Perekonomian Indonesia 2014 di Perpustakaan UGM.


Ahya mengatakan melambatnya laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia dipengaruhi oleh  melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia. Kondisi tersebut mengakibatkan investasi dan ekspor Indonesia menjadi lemah. Lemahnya ekspor berpengaruh pada kecilnya kontribusi terhadap penyempitan defisit neraca berjalan. “Defisit neraca berjalan turun menjadi 6,8 miliiar dolar atau 3,1 persen dari PDB kuartal ketiga 2014 dan lebih rendah sebesar 0,8 poin presentase dari PDB dibanding laju tahun lalu. Penurunan ini secara bertahap akan terus berlangsung,” paparnya.


Kondisi yang sama, lanjutnya, juga terjadi pada sektor fiskal dengan pertumbuhan penerimaan tetap yang relatif lemah, sementara belanja modal terkontraksi. Pertumbuhan penerimaan pada periode Januari-Oktober 2014 10,8 persen terus berada di bawah pertumbuhan PDB nominal 11,8 persen pada kuartal 1- sampai kuartal 3 tahun 2014. Sementara pada sisi pengeluaran, laju pencairan anggaran secara keseluruhan di akhir Oktober 2014 mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya karena dorongan peningkatan belanja subsidi energi.


Dalam kesempatan itu Ahya juga menjelaskan bahwa adanya penyesuaian harga BBM bersubsidi akan menyebabkan peningkatan inflasi. Kendati begitu dampak terhadap inflasi diperkirakan hanya akan bersifat sementara. Pada tahun 2015 inflasi akan berada di angka 7,5 persen dan akan mengalami penurunan apabila tidak terjadi gejolak eknomi lainnya. “Memang kenaikan harga BBM bersubsidi ini akan menyebabkan inflasi. Namun disisi lain menghasilkan penghematan fiskal yang sangat penting yakni sebesar Rp. 100 triliun dari penyesuaian harga BBM tersebut,” urainya.


Penyesuaian harga BBM bersubsidi, kata dia, akan memperluas ruang fiskal bagi peningkatan belanja pembangunan di sektor-sektor yang lebih penting, salah satunya di sektor kesehatan. Karena dana belanja kesehatan pemerintah hanya sekitar  1,2 persen dari PDB tahun 2012 atau sekitar 43 dolar AS per kapita relatif lebih rendah di banding negara lain. Dengan adanya penghematan anggaran dari kenaikan harga BBM tersebut Indonesia memiliki kesempatan untuk melakukan perbaikan pelayanan kesehatan.


Ditambahkan oleh Masyita Crystaliin, ekonom Bank Dunia untuk Indonesia lainnya, selain menghadapi tantangan perbaikan layanan kesehatan, pemerintahan baru saat ini juga dihadapkan pada persoalan pendapatan negara yang terus menurun hanya sedikit di atas 11 persen dari PDB. Apabila tidak dilakukan reformasi, total penerimaan PDB diproyeksikan akan semakin menurun menjadi 13,7 persen di tahun 2019. Oleh karena itu, ia menekankan pemerintah kedepan harus mengejar pendapatan negara dengan memaksimalkan pendapatan pajak. Hal itu bisa dilakukan dengan reformasi kebijakan penerimaan untuk memperluas basis pajak, menyederhanakan struktur perpajakan, rasionalisasi jenis pajak, dan secara selektif melakukan revisi sejumlah tarif pajak agar sebanding dengan tarif internasional. “Dengan fokus yang kuat pada penerimaaan oleh pemerintah yang baru akan sangat penting dalam menciptakan ruang fiskal bagi pelaksanaan program-program pembangunan,” jelasnya.


Lebih lanjut Masyita mengatakan pembelanjaan APBN yang baik dalam berbagai bidang termasuk pelayanan kesehatan, jaminan sosial, infrastruktur  diharapkan dapat menurunkan defisit fiskal tahun 2015. Disamping itu dengan adanya relokasi anggaran penghematan fiskal dari kenaikan harga BBM bersubsidi ke sektor-sektor tersebut juga diharapkan bisa mempercepat upaya pengentasan kemiskinan. Pasalnya hingga saat ini tingkat kemiskinan nasional masih berada pada angka 11, 3 persen dan diproyeksikan penurunannya akan melambat seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Bahkan diperdiksikan akan tetap berada di atas delapan persen pada tahun 2018 jika tidak ada aksi bersama untuk mendukung pemerataan pertumbuhan dan memperkuat jaringan pengamanan sosial,” tandasnya.


Berbeda dengan proyeksi Bank Dunia,  ekonom UGM, Tri Yuwono, Ph.D., memperkirakan laju pertumbuhan ekomomi Indonesia cenderung mengalami penurunan secara berkelanjutan. Pertumbuhan jangka menengah akan ditentukan oleh pertumbuhan glonal yang lebih lambat dari penurunan terakhir. “Proyeksi dari Gama Leading Economic Indonesia justru menunjukkan adanya kecenderungan penurunan siklus perekonomian Indonesia masih berlanjut,” tuturnya. Kecenderungan tersebut terjadi karena aktivitas ekspor yang lebih kecil kecil dari impor. Sehingga mengakibatkan defisit pada transakasi perdagangan Indonesia.


Sementara terkait dengan adanya penyesuaian harga BBM bersubsidi, Tri Yuwono mengatakan bahwa hal tersebut tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap masyarakat miskin karena hanya mengkonsumsi BBM dalam jumlah rendah. Namun begitu, hal itu memberikan dampak susulan yang sangat memberatkan masyarakat kurang mampu akibat kenaikan harga-harga kebutuhan pokok dampak dari kenaikan harga BBM. “Saya rasa pemberian program kompensasi cukup untuk melindungi masyarakat miskin secara efektif dari dampak kenaikan harga bahan pangan dan transportasi pasca kenaikan harga BBM betsubsidi,” katanya.


Denni Puspa Purba, ekonom UGM lainnya mengatakan bahwa arahan proyeksi ekonomi makro Indonesia sudah tepat. Namun pertumbuhan GDP bisa lebih rendah dari 5,2 persen. Ia juga memperkirakaan iklim investasi dan ekspor di Indonesia masih akan berjalan lambat di tahun 2015 mendatang. (Humas UGM/Ika)















Sumber : http://ugm.ac.id/id/berita/9598-bank.dunia.prediksikan.pertumbuhan.ekonomi.indonesia.2015.capai.52.persen